Kenapa do'a tidak terkabul

Re Posting = http://www.allvoices.com/contributed-news/4089161-kenapa-doa-tidak-terkabul



Banyak dari kita mengalami dan mengatakan, “Mengapa do’a saya tidak terkabul, padahal Allah mengabulkan do’a setiap hamba-Nya?”. 
Dalam firman-Nya 
“Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. [TQS.al-Mukmin: 60]. 
Juga dalam surat lainnya 
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. [TQS.al-Baqarah: 186].   

Juga, mungkin banyak dari kita mengeluh karena telah bersusah payah berdo’a tetapi Allah tidak kunjung mengabulkannya, “Yaa Rabb.. mengapa begini?, Ya Rabb.. mengapa begitu?, dan seterusnya” lalu sebagian dari kita gelisah, dan berputus asa. Padahal Rasulullah SAW telah melarang keterputus-asaan dalam berdo’a, dengan sabdanya: “Seseorang dari kalian akan terkabul (do’anya) selama ia tidak tergesa-gesa mengucapkan kalimat, ‘Sungguh, aku telah memohon kepada-Mu wahai Rabbi, namun belum juga terkabul’” . [Muttafaq Alaih].
Pertanyaannya adalah mengapa Allah tidak mengabulkan do’a kita?
Ada beberapa indikasi bahwa mengapa Allah tidak mengabulkan do’a kita, antara lain:
1. Tergesa-gesa dalam berdo’a
Dengan keinginan yang mengebu-gebu tidak jarang kita melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa. Inginnya agar berbagai masalah yang ada dapat terselesaikan dengan segera. Dalam riwayat Muslim; seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu tergesa-gesa?” Beliau menjawab, “Mengatakan ‘Aku telah banyak berdo’a tetapi aku tak kunjung melihatnya terkabul’. Lalu ia merasa rugi”.

Diriwayatkan dari Fadhalah bin 'Ubaid r.a.: Rasulullah SAW mendengar seorang laki-laki berdo’a dalam shalatnya tanpa mengagungkan Allah SWT dan tanpa bershalawat kepada Nabi SAW. Maka berkatalah Rasulullah SAW:" Orang ini terlalu tergesa-gesa". Kemudian beliau memanggil laki-laki itu dan berkata kepadanya, atau kepada orang lainnya: 'Jika salah seorang diantaramu berd’oa, hendaklah ia memulainya dengan memuji Tuhannya Yang Mahasuci, kemudian bershalawat kepada Nabi, setelah itu silahkan dia berdo’a apa saja yang dikehendakinya." [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dia berkata: Hadis ini Hasan Shahih].

“Berdo’alah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut”. [TQS.al-A’raaf: 55].

2. Memakan apa yang diharamkan Allah
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah: “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rasul, maka Allah telah berfirman: Wahai para Rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu. Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan do’anya". [HR.Muslim]

“Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [TQS.al-Mukminun: 51] dalam surat lainnya, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”. [TQS.al-Baqarah: 172].

Dalam suatu kesempatan menerima salah seorang sahabat, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu akan menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi (Allah) yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya seseorang yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang daging atau tubuhnya tumbuh dari makanan haram, maka neraka lebih pantas baginya” [HR. Imam Thabrani]



3. Memohon yang tidak mendatangkan kebaikan
Allah SWT Maha Mengetahui atas kebaikan umatnya, dalam firman-Nya “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. [TQS.al-Baqarah: 216].

Nabi SAW bersabda: "Tidaklah seorang muslim di atas bumi ini berdo'a kepada Allah dengan suatu do'a melainkan do'anya tersebut akan dikabulkannya, atau dihindarkan orang itu dari bahaya sebanding dengan apa yang dimintanya, selama do'a itu tidak mengandung dosa atau bermaksud hendak memutuskan silaturrahim". Salah seorang sahabat bertanya: "Kalau bagitu kami memperbanyak do'a (permohonan)!" Nabi SAW bersabda: "Allah lebih banyak lagi (dalam mengabulkannya)". [HR. at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Hakim].

4. Belum Menutup Pintu Maksiat
Ada satu riwayat menjelaskan bahwa pada suatu saat ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibrahim bin Adham, "Wahai Syaikh, Allah telah berfirman dalam al-Qur'an, artinya: "Berdo'alah kamu kepada-Ku, niscaya Ku-kabulkan do'amu itu". Maka aku senantiasa berdo'a kepada Allah, tetapi mengapa do'a saya tidak dikabulkan oleh Allah? Ibrahim berkata: "Itu disebabkan lima perkara, yaitu: Pertama, kamu mengenal Allah tetapi kamu tidak menunaikan hak-Nya. Kedua, kamu membaca al-Qur'an tetapi kamu tidak melaksanakan apa yang ada di dalamnya. Ketiga, kamu mengatakan mencintai Rasulullah SAW tetapi sunnah-nya kamu tinggalkan. Keempat, kamu mengatakan kami melaknati iblis tapi kamu mengikutinya. Kelima, kamu tidak memperhatikan aib pada dirimu karena disibukkan mencari aib orang lain". [Mukhtashar Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi].

5. Tidak Meyakini atas Kekuasaan Allah terhadap do’anya
Maksudnya hendaklah di dalam berdo'a memiliki keyakinan yang pasti tanpa keraguan sedikitpun bahwa do'anya akan dikabulkan oleh Allah dengan kekuasaan-Nya. Dari Abu Harairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah salah seorang dari kamu mengatakan; 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, rahmatilah aku jika Engkau menghendaki', tetapi hendaklah berkeinginan kuat dalam permohonannya itu karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu.” [HR. Abu Daud].
“Atau, siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya”. [TQS.an-Naml: 62].

6. Allah Menundanya sebagai syafaat pada hari Kiamat
Tidak terkabulnya permintaan atau do'a seseorang disebabkan Allah tidak menghendaki hal tersebut. Tetapi tidak terkabulnya do'a tersebut tidak menghilangkan manfaat dari do'a itu, karena seseorang yang berdo'a sekalipun do'anya tidak dikabulkan, sesungguhnya ia tetap diberi pahala oleh Allah atas do'anya tersebut. Disebutkan oleh beberapa ulama bahwa ada kalanya Allah akan menunda terkabulnya do'a pada hari kiamat sebagai syafaat bagi pemiliknya.

“Tiada seorang berdo'a kepada Allah dengan suatu do'a, kecuali dikabulkan-Nya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa”. [HR. ath-Thabrani]

Berkata Umar bin Al-Khaththab: "Saya tidak terlalu mementingkan terkabulnya do'a tetapi yang terpenting bagiku adalah do'a itu (adalah ibadah) sehingga apabila kepentinganku adalah berdo'a maka ijabahnya akan mengikutinya". Demikian sehingga Allah menghimpun do’a-do’a itu sebagai bekal syafaat di hari Kiamat bagi pemilik do’a tersebut. Maha Suci Allah.

”Ketika seseorang duduk untuk berdo’a, sesungguhnya dia duduk di hadapan al-Khaliq Azza wa Jalla yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu, dan yang lebih dekat kepada manusia daripada dirinya sendiri. Dia Yang Mahasuci, Mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi" [TQS.Thaha: 7].

Dan bagaimana agar do’a kita dikabulkan?
Rasulullah SAW telah menjelaskan secara rinci dan jelas mengenai adab dan syarat berdo’a, khususnya sebagai berikut:

Adab dan Syarat Berdoa
1. Menghadapkan Wajah
Dalam mengajukan permintaan kepada yang berkuasa adalah menghadapkan wajah Anda. Maka, di antara adab berdoa adalah hendaknya orang yang bersangkutan menghadapkan wajahnya ke kiblat yang telah diperintahkan Allah SWT untuk menghadap kepada-Nya. Dalam Firman-Nya disebutkan: "Dan darimana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah tidak sekali-kali lengah dari apa yang kamu kerjakan. Dan darimana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Dan agar kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk." (TQS.al-Baqarah:149-150).

Jadi, menghadapkan wajah ke arah Masjidil Haram merupakan kewajiban dalam shalat dan disunnahkan dalam berdoa.

2. Membaca Hamdalah dan Pujian
Jika seseorang meminta sesuatu kepada sesama manusia yang berkedudukan tinggi ataupun rendah, penguasa, pemimpin atau pemegang otoritas, niscaya sebelum mengajukan permintaannya dia mengucapkan suatu pujian kepada orang yang dimintainya itu. Sedangkan Allah SWT yang tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya, dan yang menciptakan manusia dan menjadikannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memberikan kepadanya harta benda, anak-anak, dan rezeki tanpa adanya keutamaan di pihak manusia, Dia tentu lebih berhak untuk dipuji dengan puji-pujian yang baik. Allah SWT berfirman:

"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, dan jadilah kamu diantara orang-orang yang bersujud (shalat)”. [TQS.al-Hijr: 98]

"Dan katakanlah: 'Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak.'" [TQS.al-Israa: 111]

"...dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya." [TQS.Thahaa: 130]

"Katakanlah: 'Segala puji bagi Allah', tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." [TQS. Luqman:25]

"Dan bertawakalah kepada Allah Yang Hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya." [TQS.al-Furqan: 58]

Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kita agar memuji Allah, bersyukur kepada-Nya, serta memuji-Nya setiap saat. Diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair r.a. bahwa Rasulullah SAW mengucapkan pada setiap kali selesai shalat, sesudah malam: "La ilaha illa Allah wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa'ala kulli syai'in qadir. La hawla wala quwwata illa billah. La ilaha illa Allah wala na'budu illa iyyah, lahunni'matu walahul fadhlu walahuts-tsna'ul hasanu, La ilaha illa Allah mukhlishina lahuddin walau karihal kafirun". Artinya: "Tiada Tuhan selain Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya segala nikmat dan bagi-Nya keutamaan, dan bagi-Nya pujian yang terbaik. Tidak ada Tuhan selain Allah, dengan mengikhlaskan agama bagi-Nya sekalipun orang-orang kafir benci".

Berkata Ibnu Zubair: "Rasulullah SAW bertahlil dengan kalimat-kalimat diatas pada setiap selesai shalat fardhu." [HR. Muslim].

Diriwayatkan dari Salamah bin al-Akwa' r.a. "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah SAW mengawali doa kecuali dengan kata-kata: "Subhana rabbiyal a'la al'aliyyul wahhab" Artinya: "Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi, Maha Pemberi". [HR. Ibnu Abi Syaibah].

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah SAW: "Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan Hamdalah, akan terputus." [Hadits Hasan riwayat Abu Dawud dan lainnya].

Diriwayatkan dari Anas r.a.: "Rasulullah SAW telah bersabda: 'Sesungguhnya Allah meridhai hamba-Nya yang memakan makanan kemudian memuji-Nya karena-Nya, atau meminum minuman dan memuji-Nya karenanya.” [HR. Muslim]

Diriwayatkan dari Aisyah r.a.: "Pada suatu malam aku kehilangan Nabi SAW, lalu aku meraba-raba dan kutemukan beliau sedang ruku', atau sujud, sambil mengucapkan: "Subhanaka wa bihamdika la ilaha illa anta" Artinya: "Mahasuci Engkau, dan dengan segala puji-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau".

Dan dalam sebuah riwayat disebutkan: "Maka tanganku menyentuh bagian bawah telapak kaki beliau yang tegak, sedang beliau mengucapkan: "Allahumma inni a'udzu bi-ridhaka min sakhatikha wa bimu'afatika min 'uqubatika, wa a'udzu bika minka, La uhshi tsana'an 'alaika, anta kama atsnaita 'ala nafsika". Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tak bisa menghitung pujian bagi-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu". [HR. Muslim].

3. Memohon Ampunan
Diantara adab berdo’a adalah, hendaknya orang yang berdoa itu memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukannya baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahuinya, baik yang diingatnya maupun yang dilupakannya, sebab bagi Allah SWT, segala sesuatu itu tersimpan di sisi-Nya di dalam Kitab yang tersimpan hingga Hari Pembalasan, dan Dia mengetahui apa yang ada di Langit dan apa yang ada di Bumi, dan apa yang ada diantara keduanya. Dia juga mengetahu apa yang kita rahasiakan dari urusan kita, dan apa yang kita nyatakan. Dia mengetahui apa yang rahasia dan tersembunyi, dan setiap jiwa mengetahui apa yang disembunyikanya, dan Dia-lah yang akan memperlihatkan kepada jiwa-jiwa kita, akal kita, serta apa yang tersembunyi, karena disisi-Nya hal itu diketahui. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di Bumi, dan tidak (pula) di Langit." [TQS.Ali Imran: 5].

"Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu." [TQS.al-Baqarah: 284].

"Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati." [TQS.al-Mukminun: 19].

Memohon ampun disertai dengan tobat yang benar dan niat yang ikhlas demi Allah SWT akan menyucikan jiwa dan membersihkannya dari dosa-dosa. Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk beristighfar dengan firman-Nya: "Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang banyak, dan mohonlah ampun kepada Allah." [TQS.al-Baqarah: 199].

"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, (Jika kamu mengerjakan yang demikian, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus)." [TQS.Hud: 3].

"Dan Mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [TQS.al-Muzzammil: 20].

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa ada seorang Badui datang kepada Nabi SAW dan bertanya: "Apakah Tuhan itu dekat sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, ataukah jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya? Maka Nabi SAW terdiam, dan sebagai jawabannya turunlah firman-Nya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. [TQS.al-Baqarah: 186].

Berhati-hati dalam berdo’a
Allah melarang do'a kejelekan bagi orang yang berdo’a dan orang lain sekalipun seorang bapak atau ibu yang mendo'akan kejelekan kepada anaknya sewaktu marah, karena Rasulullah mengkhawatirkan do'a itu bertepatan dengan waktu dimana pada saat itu Allah menerima atau mengabulkan do'a dari hamba-Nya, sebagaimana sabda Nabi SAW: "Janganlah kamu berdo'a buruk terhadap dirimu, begitupun terhadap anak-anakmu, dan terhadap harta bendamu. Jangan sampai nanti do'amu itu bertepatan dengan suatu saat dimana Allah sedang memenuhi permohonan, hingga do'a burukmu itu benar-benar terkabul". [HR Muslim].

“Jangan mendo'akan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu (karyawan-karyawanmu) atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula do'amu”. [Ibnu Khuzaimah]

Beberapa Waktu yang memiliki Keutamaan dalam Berdo’a
Selain itu ada beberapa waktu yang di dalamnya memiliki keutamaan untuk berdo’a, diantaranya:
• Antara adzan dan iqamat
“Do'a yang diucapkan antara adzan dan iqomat tidak ditolak (oleh Allah)”. [HR. Ahmad]
• Sepertiga terakhir dari malam hari
Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah 'Azza wajalla turun ke langit bumi dan berfirman : "Adakah orang yang berdo'a kepada-Ku akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa-dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?" Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh). [HR. Ahmad]
• Akhir Shalat Fardhu
Rasulullah SAW ditanya, "Pada waktu apa do'a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?" Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam)." [Mashabih Assunnah]
• Hari Jum'at
“Pada hari Jum'at terdapat saat yang apabila seorang muslim memohon kepada Allah sesuatu kebaikan maka Allah akan memberinya, yaitu saat antara duduknya seorang imam (Khatib) sampai usainya shalat.” [HR. Muslim]
• Sedang di zhalimi, dan sebagainya
“Hati-hatilah terhadap do’a orang-orang yang dizhalimi, karena sesungguhnya antara do’anya dan Allah tidak ada hijab yang menghalangi” [al-Hadits].

“Tiga macam do'a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do'a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik)”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]

Waktu lainnya:
  • Hari Arafah,
  • Bulan Ramadhan,
  • Ketika sahur,
  • Ketika sedang sujud
  • Ketika turun hujan,
  • Ketika mulai pertempuran
  • Dalam ketakutan.

Mari Kita Semua Berdo’a dan Saling Mendo’akan
“Barangsiapa ingin agar do'anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. [HR. Ahmad]

Sahabat, do’akanlah aku dalam setiap waktumu dalam berdo’a, karena :
“Do'a seorang muslim untuk kawannya yang tidak hadir dikabulkan Allah”. [HR. Ahmad]

Ali ra. berkata, "Rasulullah SAW lewat ketika aku sedang mengucapkan do'a : "Ya Allah, rahmatilah aku". Lalu beliau menepuk pundakku seraya berkata, "Berdoalah juga untuk umum (kaum muslimin) dan jangan khusus untuk pribadi. Sesungguhnya perbedaan antara do’a untuk umum dan khusus adalah seperti bedanya langit dan bumi." [HR. Ad-Dailami]

“Tidak ada manfaatnya bersikap siaga dan berhati-hati menghadapi takdir, akan tetapi do'a bermanfaat bagi apa yang diturunkan dan bagi apa yang tidak diturunkan. Oleh karena itu hendaklah kamu berdoa, wahai hamba-hamba Allah.” [HR. ath-Thabrani]

Wallahu ‘alam

0 komentar:

Design by The Blogger Templates

Design by The Blogger Templates