Ajaran Ahmadiyah : Benarkah Mirza Ghulam Ahmad Menerima Wahyu...?

Pertanyaan dari Saudara

Rio Prayogi Mtd Maaf bertanya, bagaimana dengan wahyu / ilham yang di terima oleh mizabual ahmad (aliran ahmadiyah) ? ap to jg trMasuk kitab suci krn penjelasan di Televisi bgt, mhn penjelasannya

Jawaban dari pertanyaan diatas telah admin buatkan catatan terpisah yakni Wahyu Setelah Rasulullah?

akan tetapi sebelum membaca catatan tersebut ada baiknya bagi saudara ku semua, mengetahui ke-tiga point dibawah ini, dalam rangka menanggapi dan atau mengambil sikap tentang permasalahan-permasalahan yang acapkali muncul berkenaan dengan hal tersebut diatas, khususnya dinegara Indonesia.

Sebelum berbicara tentang Ajaran Ahmadiyah apakah benar Mirza Ghulam Ahmad yang konon katanya Menerima wahyu dari Allah Swt ...? Perlu untuk kita ketahui beberapa hal yang nantinya dapat kita jadikan pedoman untuk mengambil sikap dan mengeluarkan pendapat  sesuai dengan Alquran dan Sunnah Rosul. 

"Fakta pertama yang seyogyanya kita tanamkan dalam mengambil sikap tentang setiap  kejadian yang menimpa Umat islam khususnya dan Umat Manusia pada umumnya adalah bahwasanya gejolak pertikaian, perdebatan, perselisihan dan saling menjatuhkan memang tidak akan pernah berakhir bahkan sampai hari kiamat....! "


Membaca komentar atau pernyataan mungkin ada yang menyebutnya juga pendapat dari kalimat diatas admin yakin akan ada sebagian dari saudara ku yang kurang sependapat dan atau menyalahkannya, akan tetapi perlu untuk kita semua sadari bahwasanya pertikaian, peperangan, perbedaan pendapat dan saling menjatuhkan adalah salah satu Nash atau Ketetapan Allah Swt sejak dahulu, dan hal tersebut telah dijelaskan dalam Alquran . 

Allah Swt Berfirman dalam Surah Huud : 118 - 119 :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (١١٨)إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (١١٩)
"Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya."

Terdapat ketetapan (nash) Tuhan (Allah Swt) dalam ayat diatas, yakni :
Bahwasanya sejak manusia diciptakan hingga nanti hari Kiamat manusia tidak akan bisa menjadi umat yang satu padu karena mereka (umat manusia) senantiasa berselisih pendapat, ketetapan tersebut menjadikan ketetapan yang lain yakni bahwasanya Allah Swt akan memenuhi neraka Jahannam dengan golongan mereka (umat manusia) dan Jin yang durhaka. Akan tetapi dalam ayat tersebut juga dijelaskan kecuali orang orang yang diberi Rahmat dan untuk itulah mereka diciptakan.

Hal tersebut berkali kali dijelaskan dalam Alquran, diantaranya adalah surah Asy Syuura ayat 8 :

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (٨
“dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong”.

Kesimpulan dari ( point pertama ) adalah permasalahan seperti ini akan terus muncul sampai hari akhir, sebagai bagian dari ketetapan Allah swt, dan ujian atau godaan syetan bagi umat islam, dan kewajiban bagi kita adalah tidak ikut terjerumus kedalam hal hal yang demikian (perdebatan, perselisihan, dan perbedaan pendapat) serta tetap berpegang teguh pada ajaran islam yang hakiki, dan menjalani hidup sesuai dengan tujuan kita diciptakan didunia yakni beribadah kepada Allah Swt :

Firman Allah Swt :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦

"dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." QS  Adz Dzaariyaat:56

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٧١)
"dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS At Taubah :71)


Firman Allah Swt diatas sekaligus menjadi ( point kedua ) yang seyogyanya kita umat islam tanamkan dalam memaknai Dienul islam dan Iman, adalah suatu kenyataan yang amat sangat menyedihkan dimana penilaian terhadap kebenaran hakiki yang menjadi hak prerogatif Allah Swt telah diakui oleh beberapa gelintir makhluk ciptaan Nya, dengan mengatasnamakan sang Khaliq. 


Nilai Nilai Ajaran Tauhid yang mestinya menjadi  fundamental dasar keimanan bagi setiap umat islam telah luntur atau mungkin tidak pernah di tanamkan sama sekali dalam diri sebagian saudara kita.  tidak ada ajaran dari Nabi kita Muhammad Saw yang mengajarkan tentang perdebatan dan perselisihan. Apalagi merasa PALING BENAR.....!! menyikapi hal yang demikian seyogyanya kita  berpegang teguh kepada Sumber dari segala sumber hukum islam yakni Alquran al Karim :


Firman Allah Swt : 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (٥٩
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."


( Point ketiga ) hal yang demikian (Perbedaan, perselisihan, dan atau berlainan pendapat ) seperti yang telah dijelaskan pada point pertama dan kedua sejatinya telah ada di jaman Rosulullah SAW, dan didalam alquran Surah An Nisaa ayat 59 telah dijelaskan bagaimana sebaiknya kita mengambil sikap, seperti yang terjadi baru baru ini di negara Indonesia khususnya, dimana Ulil Amri yang  menjadi panutan dan contoh bagi kita setalah Allah Swt Dan Rosulullah Saw berlainan pendapat, maka yang lebih utama dan lebih baik bagi kita Umat Islam adalah dengan memantapkan Iman dan Islam. kembali kepada fitrah dan tujuan kita hidup seperti yang telah dijelaskan dalam Point kedua.


Lantas yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana tentang ajaran ahmadiyah ...? Benarkah Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu ...?

Pembahasan mengenai Hal tersebut telah admin uraikan dalam catatan yang lain yakni Adakah Wahyu Setelah Rasulullah?


0 komentar:

Design by The Blogger Templates

Design by The Blogger Templates